Be a Smart Write

be a smart writer

Menurut pengamatan saya, ada 3 cara ampuh untuk menjadi penulis yaitu:
1. Menulis
2. Menulislah
3. Menulislah !
Saya tidak ingat persis siapa yang pertama kali mengatakan 3 cara ampuh untuk menjadi penulis seperti di atas.

Namun, saya yakin bahwa 3 cara tersebut memang benar-benar ampuh untuk melahirkan penulis, menjadi penulis yang diartikan sebagai “orang yang menulis”.

Menurut Scoot Edelstein, penulis buku “30 Steps to Becoming a writer and getting published”

juga dalam bukunya “100 Things Every Writer Needs to Know “ beliau mengatakan bahwa “Anyone who writes is a Writer !” (Siapa pun yang menulis dapat disebut penulis).

Bahkan, dengan tegas beliau juga menyebutkan bahwa jika ada yang mengatakan bahwa:
“You only become a real writer after you’ve published three books”

atau
“After you’ve written your first million words, then you can call yourself a writer”
bahkan,
“Oh, so you have a day job and write at night ? you’re really a hobbyist not a writer” ,

mereka itu adalah komentator ulung yang hanya bisa mengomentari !.

Beliau mengatakan bahwa:
“These sorts of pronouncements and judgments are all nonsense-and arrogant nonsense, at tha

t !”

Tapi singkat cerita, pernyataan-pernyataan tersebut, ternyata berdampak melahirkan beberapa pertanyaan dalam benak saya:

Apa yang harus saya tulis?

Bagaimana cara menuliskannya?

Nah, Kalau sudah lahir pertanyaan seperti diatas, maka obat mujarab yang paling sering saya lakukan adalah “Mencoba menulis apa saja dan bagaimana pun caranya !”.

Nggak peduli saya mau menulis tentang apa / topik apa dan caranya. Pokoknya nulis aja….he

hehe…

Saya juga pernah mendengarkan kata-kaya bijak berbunyi:
“Tulislah apa yang sedang kamu pikirkan, jangan pikirkan apa yang sedang kamu tulis !”

Terus terang dari pengalaman saya, kata-kata bijak tersebut terbukti benar. Tanpa saya sadari, saya dapat menulis lebih lancar dari biasanya.

Jika sebelum mendengarkan kata-kata itu, saya hanya mampu menulis selembar dua lembar bahkan hanya sebaris hingga dua baris saja.

Tapi setelah mendengar kata itu saya mampu menulis lebih banyak dari biasanya. Saya semakin bergairah dan termotivasi untuk terus menulis dan menulis. (meski jujur terkadang aktivitas ini agak terhalang juga karena beberapa aktivitas yang sangat prioritas yang harus saya lakukan terlebih dahulu).

Tetapi, seiring dengan waktu, sepertinya ada saja yang menghambat dalam diri saya. Tak jelas apa hambatan itu. Yang jelas, saya mulai bertanya-tanya kembali:

Apakah tulisan saya sudah benar-benar berkualitas?

Adakah orang yang ingin membaca tulisan saya?

Jika ada yang memuji tulisan saya, apakah karena benar-benar bagus atau hanya sekedar membangkitkan gairah saya saja agar terus menulis?

Akhirnya saya mencoba mencari tahu bagaimana sebaiknya saya lakukan utk menjawab tantangan itu dengan browsing beberapa artikel dan saya akhrnya saya dpt menemukan beberapa artikel di web tentang :
“Cara Taktis Menulis Buku”

Dari uraian artikel-artikel tersebu, saya dapat menyimpulkan beberapa hal berikut ini.
Rahasia Taktis menulis, ternyata bukan hanya Motivasi saja !

Yang harus kita lakukan selain MOTIVASI adalah melakukan Tahap demi Tahap dalam menulis, sehingga kita bisa menjadi seorang penulis, bukan cuma menulis-menulislah-menulislah (hahaha…)

Tahapan Proses standar menulis dapat dikatagorikan menjadi 5 tahap, yaitu :
1. Prewriting: Think and Plan
2. Drafting: Write and Draw

3. Revising: Making your writing better
4. Editing: Fix your mistakes
5. Publishing: Share your writing !

Jujur, saya sempat terkesimah setelah membaca tahapan proses standar menulis ini.

Ternyata, tiga cara ampuh yang pernah saya terapkan itu ternyata belum mampu mengakomodir 5 proses di atas

.

Tiga cara ampuh untuk menjadi penulis itu belum dapat menjawab:
– untuk apa kita menulis,

-untuk siapa kita menulis,
-bagaimana kelak tulisan tersebut jika telah jadi
– dan pertanyaan prewriting.

Tiga tahapan yang sudah saya lalukan yaitu : Menulis-Menulislah-Menulislah ! belum memasuki tahap

“making your writing better” melalui “proses revising”.

Begitu juga dengan proses “Editing”, apalagi “Publishing”.

Ternyata, dalam 5 proses tahapan tersebut akhirnya melahirkan proses-proses lainnya yang terdapat dalam setiap proses.

-Prewriting terdapat proses mengikat ide, mempertanyakan diri sendiri, hingga pemanfaatan dunia maya untuk memantapkan tahap perencanaan menulis tersebut.

Diakui atau tidak, lancar atau tidaknya seorang menulis sangat terkait erat dengan penguasaannya pada apa yang akan dia tulis.

-Selanjutnya, proses Drafting, Revising, Editing dan Publishing.

– Proses Drafting harus diawali dengan mempertanyakan pada diri sendiri tentang apa yang sudah dihasil

kan dalam proses Prewriting untuk kemudian memulai draft, dengan fakta menarik tentang subjek yang akan dibahas.
Memperkenalkan salah satu poin dari poin utama, bertanya tentang sesuatu, mengutip perkataan seorang tokoh atau dengan cerita singkat.

Apa yang telah dimulai tersebut selanjutnya dijelaskan dengan informasi-informasi yang mendukung,

didefinisikan dengan ungkapan yang lebih akrab, dipertahankan dengan fakta-fakta yang terjadi, digambarkan dengan spesifik hingga dibandingkan dan dikontraskan dengan contoh-contoh yang memiliki persamaan atau perbedaan.

Akhirnya, proses drafting itu pun ditutup dengan mengingatkan kembali para pembaca akan ide pokok tulisan, ringkasan akan poin-poin penting, penjagaan titik fokus pembaca dan seterusnya.

Lalu, jika proses drafting tersebut telah selesai, maka seorang penulis akan melanjutkan ke proses Revising, Editing dan Publishing.

-Melakukan proses Merevisi gunanya agar tulisan tampak lebih baik dan Mengedit agar tulisan terlepas dari beberapa kesalahan dan kekurangan yang mungkin muncul.

Setelah itu semua, berpikirlah untuk menerbitkan dan mempublikasikan apa yang telah anda ditulis.

Ada beberapa kelakar yang mengelitik sekaligus memotivasi penulis pemula seperti saya tentang hal ini,
“Jangan berpikir hanya akan menyimpan tulisan Anda di bawah kasur !”

“Apakah tulisan saya sudah benar-benar berkualitas ?”
“Adakah orang yang ingin membaca tulisan saya ?”
“Jika ada yang memuji tulisan saya, apakah karena benar-benar bagus atau hanya sekedar membangkitkan gairah saya saja agar terus menulis ?”

Hahaha…saya tertawa dan sangat tergelitik dalam hati…kenapa pusing….jangan pikirkan hal itu, yuk kita menulis !!!.

Semoga tulisan ini memberi inspirasi & manfa’at.

Posted by elindasari

Tinggalkan komentar